Jumat, 17 Maret 2017

APRILIA NUR INDAHSARI
201566015




              Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penyakit penyebab utama kematian di Indonesia tahun 2000 adalah penyakit sirkulasi (jantung dan Pembuluh darah otak). Penyakit sirkulasi ini termasuk dalam klasifikasi penyakit tidak menular/non-infeksi. Jumlah kematian dengan penyebab penyakit sirkulasi sebanyak 220 per 100.000, kemudian disusul dengan penyakit infeksi dengan jumlah 174 per 100.000 penduduk, dan pada urutan ketiga ada penyakit pernapasan sebanyak 85 per 100.000 penduduk. Pada data tersebut, kita juga bisa melihat bahwa pemerintah Indonesia dihadapkan dengan permasalah ganda, dimana penyakit infeksi belum sepenuhnya dicegah atau dihilangkan tetapi penyakit non infeksi/ tidak menular terus menerus bertambah.

            Sebelum kita berbicara mengenai data yang lebih banyak mengenai perubahan pola penyakit dari Penyakit Menular menjadi penyakit tidak menular dan data kematian di Indonesia. Hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dasar dari penyakit menular dan tidak menular serta batasan penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah di Indonesia melalui Riset Kesehatan Dasar maupun lainnya.
Riset Kesehatan Dasar 2007
            Batasan yang diteliti pada Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 untuk Penyakit Menular hanya terbatas pada beberapa penyakit yang ditularkan oleh vector, penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur, dan penyakti yang ditularkan melalui makanan atau air. Penyakit yang ditularkan oleh vector adalah filariasis, demam berdarah dengue dan malaria. Penyakit yang ditularkan melalui udara atau percikan air liur adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), pneumonia dan campak, sedangkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air adalah tifoid, hepatitis dan diare.
Sebelum berbicara mengenai data, hendaknya kita memiliki pemahaman dasar terlebih dahulu mengenai penyakit-penyakit tersebut.
  • Filariasis (Penyakit kaki gajah) adalah penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, dan dapat menyebabkan kecacatan dan stigma. Umumnya penyakit ini diketahui setelah timbul gelaja klinis kronis dan kecacatan.
  • Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi tular vector yang sering menyebabkan kejadian Luar Biasa, dan tidak sedikit menybebakan kemtian. Penyakit ini bersifat musima yiatu biasanya pada musim hujan yang memungkinkan vector penular hidup di genangan air bersih.
Malaria merupakan penyakit menulae yang menjadi perhatian global penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan karena juga sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa, berdampak luasa terhadap kualitas hidup dan ekonomi.
 
Filariasis                     DBD                           Malaria
Provinsi
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan gejala
Pemakaian obat
NAD
0,35
0,64
0,50
1,10
1,89
3,66
36,41
Sumatera Utara
0,03
0,08
0,10
0,29
1,32
2,86
42,57
Sumatera Barat
0,04
0,08
0,12
0,59
0,55
1,65
46,33
Riau
0,04
0,07
0,21
0,78
0,85
2,03
43,55
Jambi
0,03
0,07
0,19
0,45
1,73
3,23
42,34
Sumatera Selatan
0,01
0,07
0,16
0,37
1,01
1,63
44,69
Bengkulu
0,03
0,09
0,07
1,24
4,81
7,14
60,99
Lampung
0,01
0,03
0,07
0,16
0,27
1,42
30,67
Bangka Belitung
0,02
0,10
0,04
0,43
5,07
7,09
58,32
Kepulauan Riau
0,06
0,15
0,21
0,42
0,79
1,41
64,77
DKI Jakarta
0,08
0,14
0,84
1,15
0,10
0,51
26,44
Jawa Barat
0,04
0,05
0,22
0,41
0,07
0,42
24,46
Jawa Tengah
0,03
0,06
0,30
0,46
0,08
0,41
23,03
DI Yogyakarta
0,00
0,03
0,25
0,43
0,07
0,30
20,00
Jawa Timur
0,01
0,04
0,16
0,25
0,05
0,18
34,83
Banten
0,02
0,06
0,27
0,52
0,09
0,32
28,57
Bali
0,05
0,10
0,13
0,29
0,10
0,31
43,08
Nusa Tenggara Barat
0,04
0,09
0,18
1,10
2,22
3,75
48,37
Nusa Tenggara Timur
0,12
0,26
0,26
2,45
5,73
12,04
47,78
Kalimantan Barat
0,04
0,06
0,16
0,43
1,82
3,26
53,66
Kalimantan Tengah
0,04
0,06
0,11
0,30
1,51
3,37
49,41
Kalimantan Selatan
0,02
0,04
0,17
0,27
0,31
1,41
27,35
Kalimantan Timur
0,02
0,03
0,33
0,54
1,06
1,67
51,28
Sulawesi Utara
0,03
0,07
0,15
0,38
0,45
2,12
43,10
Sulawesi Tengah
0,04
0,14
0,21
1,09
2,58
7,36
41,78
Sulawesi Selatan
0,03
0,08
0,09
0,60
0,32
1,37
23,62
Sulawesi Tenggara
0,04
0,11
0,15
0,96
0,88
2,16
36,36
Gorontalo
0,05
0,12
0,12
0,58
0,88
2,87
39,53
Sulawesi Barat
0,01
0,03
0,10
0,70
0,86
2,02
36,10
Maluku
0,00
0,09
0,09
0,42
2,87
6,06
39,90
Maluku Utara
0,06
0,09
0,18
0,77
3,31
7.23
49,27
Papua Barat
0,23
0,45
0,33
2,02
15,65
26,14
59,33
Papua
0,14
0,29
0,05
0,93
12,09
18,41
65,52
Indonesia
0,05
0,11
0,20
0,62
1,39
2,85
47,68











             

            Penyakit menular lainnya yang termasuk dalam penyakit pernasafan, Infeksi saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering dijumpai dengan manifestasi ringan sampai berat. ISPA yang mengenai jaringan paru-paru atau ISPA berat, dapat menjadi pneumonia. Neumonia merupakan Penyakit infeksi penyebab kematian utama, terutama pada balita.
            Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular kronis yang menjadi isu global. Di indoensia, penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit karena berdamapak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta sering mengakibatkan kematian.



ISPA                           Pneumonia                 TB                   Campak
Provinsi
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan gejala
Diagnosis dan Gejala
NAD
11,98
36,64
1,44
3,87
0,73
1,45
1,06
Sumatera Utara
8,26
22,39
0,65
1,60
0,18
0,48
0,59
Sumatera Barat
8,98
26,38
0,80
2,49
0,37
1,03
1,90
Riau
6,28
22,87
0,42
1,61
0,42
1,00
0,72
Jambi
7,54
22,65
0,37
1,29
0,34
0,75
0,91
Sumatera Selatan
10,08
17,54
0,75
1,24
0,25
0,40
0,36
Bengkulu
14,50
29,84
0,73
2,04
0,33
0,86
0,54
Lampung
4,10
18,80
0,22
0,77
0,11
0,31
0,24
Bangka Belitung
10,38
30,32
0,43
1,29
0,12
0,49
0,32
Kepulauan Riau
9,88
25,78
0,39
1,22
0,38
0,83
0,50
DKI Jakarta
9,78
22,60
0,68
1,67
0,71
1,26
1,29
Jawa Barat
6,95
24,73
0,72
2,43
0,56
0,98
0,92
Jawa Tengah
8,74
29,08
0,53
2,12
0,63
1,47
0,70
DI Yogyakarta
8,22
22,65
0,44
1,81
0,36
1,58
0,37
Jawa Timur
6,38
20,55
0,36
1,06
0,24
0,54
0,41
Banten
7,98
28,39
0,56
2,36
1,13
2,01
1,01
Bali
5,64
21,49
0,42
1,76
0,29
0,53
0,26
Nusa Tenggara Barat
5,40
26,52
0,63
2,53
0,43
1,07
0,60
Nusa Tenggara Timur
12,04
41,36
0,84
4,41
0,40
2,05
0,43
Kalimantan Barat
5,94
17,97
0,37
1,10
0,43
0,82
0,50
Kalimantan Tengah
7,05
24,03
0,35
1,17
0,38
0,69
0,56
Kalimantan Selatan
5,06
27,06
0,47
2,28
0,47
1,36
0,61
Kalimantan Timur
12,19
27,52
0,66
1,42
0,34
1,02
0,56
Sulawesi Utara
2,59
20,52
0,10
0,95
0,21
0,62
0,39
Sulawesi Tengah
5,67
28,36
0,58
2,98
0,31
1,22
1,20
Sulawesi Selatan
4,20
22,90
0,47
2,92
0,23
1,03
0,58
Sulawesi Tenggara
6,73
22,75
0,78
2,45
0,31
1,00
0,33
Gorontalo
9,68
33,99
0,84
4,53
0,24
1,11
2,04
Sulawesi Barat
4,44
22,47
0,23
1,41
0,23
0,58
0,18
Maluku
9,80
30,40
0,31
2,07
0,15
0,47
0,37
Maluku Utara
6,90
25,20
0,50
2,40
0,19
0,47
0,27
Papua Barat
19,48
36,20
2,09
5,59
1,02
2,55
1,08
Papua
18,52
30,56
2,98
5,13
0,89
1,73
1,01
Indonesia
8,10
25,50
0,63
2,13
0,40
0,99
0,69

 Keterangan di atas adalah Prevalensi ISPA, pneumonia, TB dan Campak  menurut provinsi pada RISKESDAS 2007,

 ISPA                           Pneumonia                 TB                               Campak
Provinsi
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan gejala
Diagnosis dan Gejala
<1
14,9
35,92
0,76
2,20
0,17
0,47
1,81
2,44
1-4
16,1
42,53
1,00
3,02
0,38
0,76
2,36
3,41
5-14
9,2
28,89
0,56
1,81
0,23
0,53
1,27
1,94
15-24
5,6
19,91
0,37
1,33
0,21
0,60
0,42
0,79
25-34
6,1
20,71
0,47
1,59
0,32
0,83
0,29
0,60
35-44
6,6
21,51
0,56
1,84
0,44
1,10
0,26
0,60
45-54
7,0
23,26
0,69
2,42
0,59
1,45
0,21
0,58
55-64
7,7
25,77
0,94
3,38
0,70
1,91
0,21
0,61
65-74
8,4
28,30
1,27
4,69
1,08
2,62
0,15
0,60
>75
9,0
30,17
1,34
5,04
1,10
2,75
0,13
0,57
Laki-laki
8,06
25,57
0,67
2,26
0,44
1,08
0,67
1,17
Perempuan
8,04
25,49
0,66
2,00
0,35
0,90
0,70
1,18
Perkotaan
8,13
23,30
0,56
1,63
0,36
0,77
0,62
0,92
Perdesaan
8,00
26,87
0,67
2,43
0,42
1,12
0,73
1,33
Tidak sekolah
7,79
27,60
1,14
4,26
0,88
2,42
0,34
0,96
Tidak tamat SD
7,40
26,07
0,69
2,70
0,53
1,46
0,51
1,04
Tamat  SD
6,46
22,92
0,55
2,01
0,39
1,02
0,40
0,82
Tamat SMP
6,20
20,49
0,46
1,42
0,31
0,73
0,35
0,62
Tamat SMA
6,21
18,81
0,43
1,22
0,29
0,62
0,24
0,48
Tamat  PT
6,67
17,73
0,47
1,21
0,27
0,60
0,21
0,39
Tidak kerja
6,99
23,17
0,84
2,83
0,62
1,40
0,40
0,84
Sekolah
6,77
22,96
0,40
1,34
0,18
0,49
0,80
1,26
Ibu RT
6,42
21,75
0,50
1,80
0,39
0,98
0,27
0,61
Pegawai
6,58
18,07
0,42
1,17
0,27
0,56
0,18
0,37
Wiraswasta
6,37
20,47
0,56
1,69
0,42
0,89
0,26
0,53
Petani/Nelayan/
6,85
24,57
0,72
2,73
0,55
1,60
0,27
0,73

Keterangan table di atas adalah menunjukkan data prevalensi penyakit ISPA, Pneumonia, TB dan Campak menurut karakteristik pada RISKESDAS 2007

            Memacu dari data tersebut, dilihat bahwa empat belas dari 33 provinsi mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Provinsi dengan prevalensi ISPA tinggi juga menunjukkan prevalensi pneumonia tinggi, antara lain Nusa Tenggara Timur, Nanggore Aceh Darussalam, Papua Barat, Gorontalo dan Papua.
            Prevalensi angka nasional untuk tuberculosis paru klinis sebesar 1,0%. Dua belas di antaranya dengan prevalensi di atas angka nasional, tertinggi di Provinsi Papua Barat (2,5%) dan ternedah di Provinsi Lampung (0,3%). Sedangkan Prevelensi campak di Indonesia adalah sebesar 1,2%. Tertinggi di Provinsi Gorontalo (3,2%) dan terendah di provinsi Lampung dan Bali (0,4%)
            Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur 15-24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relative sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan. Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per kapita lebih rendah.
            Untuk kasus pneumonia, kelompok umur >55 tahun (>3%) pneumonia lebih tinggi. Pneumonia terdeteksi relative lebih tinggi pada laki-laki dan satu setengah kali lebih banyak di pedesaan dibandingkan di perkotaan.
 Prevalensi TB Paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya umur dan prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TB Paru 20% lebih tinggi daripada laki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi di pedesaan dibandingkan di perkotaan dan empat kali pada kelompok pendidikan rendah dibandingkan dengan pendidikan tinggi dan relative sama menurut tingkat pengeluaran RT per kapital.

Penyakit Tidak Menular
Data penyakit tidak menular pada Riset Kesehatan Dasar yang disajikan meliputi penyakit sendi, asma, stroke, jantung, DM, hipertensi, tumor/kanker. Penyakit sendi, hipertensi dan stroke dinyatakan kepada responden umur 15 tahun ke atas.
Penyakit Sendi(%)      Hipertensi (%)             Stroke (per mil)
Provinsi
Diagnosis
Diagnosis dan Gejala
Diagnosis
Diagnosis dan minum obat
Diagnosis dan gejala
Diagnosis dan Gejala
NAD
23,1
34,2
9,2
10,0
10,4
16,6
Sumatera Utara
11,9
20,2
5,2
5,4
5,0
6,8
Sumatera Barat
19,0
33,0
7,6
8,4
6,9
10,6
Riau
12,6
26,8
7,8
8,2
3,8
5,0
Jambi
15,6
27,6
5,1
5,5
4,5
6,1
Sumatera Selatan
19,3
23,9
6,0
6,3
6,3
7,3
Bengkulu
19,2
30,9
8,1
8,3
5,5
6,5
Lampung
12,1
26,0
6,6
6,8
5,4
6,4
Bangka Belitung
13,6
27,4
8,4
8,9
6,4
8,1
Kepulauan Riau
9,5
17,6
7,3
7,7
10,1
14,9
DKI Jakarta
15,3
29,3
9,5
9,8
9,4
12,5
Jawa Barat
17,7
41,7
8,8
9,1
7,5
9,3
Jawa Tengah
12,0
36,8
7,6
7,9
5,7
7,6
DI Yogyakarta
9,3
27,1
8,3
8,6
7,1
8,4
Jawa Timur
13,2
30,9
7,3
7,5
5,9
7,7
Banten
11,7
28,9
8,0
8,6
5,9
7,2
Bali
20,4
32,6
5,5
5,7
4,4
6,8
Nusa Tenggara Barat
15,1
33,6
6,4
6,7
7,2
12,5
Nusa Tenggara Timur
14,0
38,0
5,0
5,1
4,5
7,1
Kalimantan Barat
14,2
30,0
8,1
8,4
4,6
5,5
Kalimantan Tengah
10,3
28,1
9,2
9,7
5,3
6,8
Kalimantan Selatan
9,0
35,8
9,0
9,4
7,9
9,8
Kalimantan Timur
12,6
23,7
9,0
9,3
5,0
7,0
Sulawesi Utara
11,4
25,5
11,2
11,4
8,5
10,4
Sulawesi Tengah
8,3
29,7
7,7
8,2
4,8
10,0
Sulawesi Selatan
8,8
26,6
5,7
5,9
5,0
7,4
Sulawesi Tenggara
11,7
26,8
6,6
7,3
3,9
7,6
Gorontalo
11,6
29,1
9,1
10,0
8,2
14,9
Sulawesi Barat
7,5
24,8
4,1
4,7
2,9
5,3
Maluku
12,0
23,4
4,1
4,4
3,8
4,6
Maluku Utara
10,7
22,9
5,0
5,2
5,6
6,7
Papua Barat
28,8
38,2
6,9
7,1
5,7
9,5
Papua
19,7
29,1
4,3
4,4
2,4
3,8
Indonesia
14,0
30,3
7,2
7,6
6,0
8,3
Keterangan untuk table di atas adalah prevalensi penyakit tidak menular menurut provinsi pada RISKESDAS 2007

                 Prevalensi penyakit sendi secara nasional sebesar 30,3%. Menurut provinsi, prevalensi penyakit sendi tertinggi dijumpai di Provinsi Papua Barat (28,8%) dan terendah di Sulawesi Barat (7,5%). Terdapat 11 provinsi dengan prevalensi penyakit sendi lebih tinggi dari angka nasional.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat ( 20,1 %). Provinsi Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Penyakit sendi (%)      Hipertensi (%)             Stroke (per mil)
Diagnosis  gejala         Diagnosis  gejala    Diagnosis    Gejala
18-24 Tahun
2,3
6,9
0,9
0,9
1,1
1,7
25-34 Tahun
7,4
19,0
2,5
2,6
1,6
2,5
35-44 Tahun
14,1
32,8
6,3
6,7
2,9
4,7
45-54 Tahun
22,2
46,3
11,9
12,5
8,1
11,3
55-64 Tahun
28,8
56,4
17,2
17,9
15,5
20,2
65-74 Tahun
33,5
62,9
22,3
23,1
25,0
31,9
75+ Tahun
35,1
65,4
23,3
24,2
29,7
41,7
Laki-Laki
12,7
28,2
5,8
6,1
6,1
8,3
Perempuan
15,1
32,2
8,6
9,0
5,8
8,3
Tidak Sekolah
25,7
53,7
13,9
14,7
11,9
18,0
Tidak Tamat SD
20,5
44,9
10,6
11,5
8,2
12,0
Tamat SD
15,3
33,7
7,5
8,5
5,9
8,2
Tamat SMP
8,9
19,6
4,4
5,8
3,7
4,9
Tamat SMA
8,2
18,0
4,5
4,8
3,9
4,9
Tamat PT
9,6
18,8
6,7
7,1
6,2
7,8
Tidak Kerja
16,0
31,3
11,1
11,5
17,1
22,6
Sekolah
2,0
4,8
0,7
0,8
1,3
1,7
Ibu RT
15,6
33,4
9,1
9,4
5,2
7,3
Pegawai
9,7
20,1
6,3
6,6
5,1
6,6
Wiraswasta
13,4
29,1
7,2
7,6
5,1
7,0
Petani/Nelayan/Buruh
16,6
37,6
6,6
6,9
4,2
6,5
Lainnya
13,4
28,4
8,5
8,9
7,5
9,8
Perkotaan
11,9
25,8
7,6
0,3
6,9
9,1
Perdesaan
15,2
33,2
7,0
0,4
5,4
7,8

Table prevalensi Penyakit sendi, hipertensi dan stroke menurut karakteristik.
            Menurut karakteristik responden, prevalensi penyakit sendi, hipertensi maupun stroke tampak meningkat sesuai peningkatan umur. Prevalensi penyakit sendi cenderung lebih tinggi pada perempuan, demikian pula pada prevalensi hipertensi. Sedangkan pola prevalensi stroke menurut jenis kelamin tidak tampak perbedaan mencolok.
            Prevalensi penyakit sendi, hipertensi dan stroke cenderung cenderung tinggi pada tingkat pendidikan rendah dan menurun sesuai dengan peningkat tingkat pendidikan, namun meningkat kembali pada kelompok pendidikan tamat PT. berdasarkan pekerjaan, prevalensi penyakit sendi pada petani/buruh/nelayan ditemukan lebih tinggi daripada kelompok pekerjaan lainnya. Sedangkan untuk hipertensi dan stroke, prevalensi ditemukan lebih tinggi pada kelompok tidak bekerja.

Asma(%)                     Jantung(%)                  DM (%)                       Tumor (%)
NAD
3,1
4,9
2,0
12,6
1,0
1,7
2,7
Sumatera Utara
1,1
1,8
0,8
3,0
0,6
0,8
2,9
Sumatera Barat
2,0
3,6
1,3
11,3
0,7
1,2
5,6
Riau
1,6
3,3
0,8
7,7
0,8
1,2
3,3
Jambi
1,8
3,1
0,7
5,1
0,5
0,7
3,3
Sumatera Selatan
1,5
2,0
0,7
4,9
0,4
0,5
1,9
Bengkulu
1,7
2,8
0,5
5,3
0,4
0,5
3,7
Lampung
0,8
1,5
0,5
2,6
0,3
0,4
3,6
Bangka Belitung
2,5
4,0
0,9
7,2
0,7
1,2
2,0
Kepulauan Riau
1,8
2,7
1,2
7,7
0,8
1,4
3,8
DKI Jakarta
2,2
2,9
1,3
8,1
1,8
2,6
7,4
Jawa Barat
2,5
4,1
1,0
8,2
0,8
1,3
5,5
Jawa Tengah
1,3
3,0
0,8
8,4
0,8
1,3
8,1
DI Yogyakarta
1,8
3,5
1,1
7,3
1,1
1,6
9,6
Jawa Timur
1,7
2,6
0,8
5,6
1,0
1,3
4,4
Banten
1,9
3,4
0,6
5,8
0,5
0,8
6,4
Bali
2,3
3,7
0,8
5,4
0,8
1,0
4,9
Nusa Tenggara Barat
2,4
4,4
0,6
6,8
0,6
1,4
2,8
Nusa Tenggara Timur
1,5
4,7
0,7
8,8
0,7
1,2
3,3
Kalimantan Barat
2,1
3,7
0,6
4,4
0,6
0,8
2,4
Kalimantan Tengah
2,3
4,0
0,5
6,4
0,6
0,9
3,8
Kalimantan Selatan
2,3
5,4
0,8
8,1
0,6
1,0
3,9
Kalimantan Timur
2,1
3,1
0,8
4,4
1,0
1,3
3,6
Sulawesi Utara
1,2
2,7
1,3
8,2
1,0
1,6
5,8
Sulawesi Tengah
2,4
6,5
1,3
11,8
0,7
1,6
4,5
Sulawesi Selatan
1,6
4,0
0,8
9,4
0,5
0,8
4,8
Sulawesi Tenggara
2,3
4,3
0,7
8,6
0,4
1,0
2,6
Gorontalo
2,5
7,2
0,9
11,0
0,5
1,3
3,2
Sulawesi Barat
1,3
4,0
0,4
7,8
0,3
0,8
2,4
Maluku
1,6
3,1
0,6
5,7
0,3
0,5
1,5
Maluku Utara
1,5
2,7
0,8
5,9
0,6
0,9
1,9
Papua Barat
3,6
5,5
0,9
6,7
0,6
1,4
2,8
Papua
2,4
3,6
0,7
4,3
0,5
0,8
3,4
            Pada data tersebut, menunjukkan prevalensi asma, jantung, diabetes dan tumor menurut provinsi. Penyakit asma ditemukan sebesar 3,5% di Indonesia dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah sebesar 1,9%. Terdapat 17 provinsi dengan prevalensi asma lebih tinggi dari angka nasional. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia sebesar 7,2%. Prevalensi penyakit jantung menurut provinsi, berkisar antara 2,6% di Lampung sampai 12,6% di NAD. Terdapat 16 provinsi dengan prevalensi penyakit jantung lebih tinggi dari angka nasional.

            Kasus cedera pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan prevalensi cedera secara keseluruhan antara 3,8%- 12,9 %. Prevalensi tertinggi terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Timur (12,9) sedangkan yang terendah terdapat pada provinsi Sumatera Utara (3,8%). Ada 15 provinsi yang prevalensi cederanya di atas angka prevalensi nasional antara lain Nusa Tenggara Timur (12,9%), Kalimantan Selatan (12,0%), Gorontalo (11,1%), Sulawesi Tengah (10,2%), DKI Jakarta (10,1%) dan Papua Barat (10,1%) selebihnya di bawah 10%.Urutan penyebab cedera terbanyak adalah jatuh, kecelakaan transpirtasi darat dan telruak benda tajam/tumpul. Sedangkan untuk penyebab cedera yang lain bervariasi tetapi prevalensinya rata-rata kecil atau sedikit.
         Rerata penyebab cedera karena jatuh sebanyak 58%. Prevalensi jatuh paling besar terdapat di Provinsi DKI Jakarta 67,0% yang diikuti oleh orovinsi Nusa Tenggara Timur 64,6%. Sedangkan prevalensi yang terkecil di Provinsi DI Yogyakarta yaitu 45,4%. Ada 11 provinsi yang prevalensi cedera krean jatuh di atas anka nasional yaitu DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Banten, Papua Barat, Maluku, Jawa TImur, Sulawesi Barat, Jawa tengah, dan Jawa Barat.
             
Pada RISKESDAS 2013, terdapat lima provinsi yang memiliki prevalensi ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%) dan Jawa Timur (28,3%). Kemudian untuk kasus pneumonia, ada lima provinis yang mempunyai prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (10,3%), Papua( 8,2%), Sulawesi Tengah (5,7%), Sulawesi Barat (6,1%) dan Sulwesi Selatan (4,8%). Periode prevalence Pneumonia di Indonesia tahun 2013 menurun dibandingkan dengan tahun 2007, dari 2,13 % menjadi 1,80%
            Sedangkan berdasarkan karakteristik, kelompok umur penduduk, periode prevalensi pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada kelompok umur berikutnya. Lima provinsi yang mempunyai prevalensi periode pneumonia balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5%), Aceh, Bangka Belitung, Sulawesi Barat 34,8 dan Kalimantan tengah
            Asma merupkan gangguan inflamasi kronis di jalan napas. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala asma adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan.
            Penyakit Paru Obstruksio Kronis adalah penyakit kronis saluran napas yang ditandai dengan hambatan aliran udara khususnya udara ekspirasi dan bersifat progresif lambat ( semakin lama semakin memburuk ), disebabkan oleh pajanan faktor risiko seperti merokok, polusi udara di dalam maupun di luar ruangan. Didefinisikan sebagai PPOk jika pernah mengalami sesak napas yang bertambah ketika beraktifitas dan/atau bertambah dengan meningkatnya usia disertai batuk berdahak atau pernah mengalami sesak napas disertai batuk berdahak.
            Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak terkendali, terus bertumbuh, immortal. Sel aknker dapat mneyusup ke jaringan sekitar. Prevalensi asma, PPOK dan kanker di Idnonesia masing masing 4,5 %, 3,7 % dan 1,4 per mil. Prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), selanjutnya Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%). Prevalensi kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,1 per mil), diikuti Jawa Tengah (2,1 per mil), Bali (2 per mil), Bengkulu dan DKI Jakarta masing masing 1,9 per mil.
            Prevalensi asma, PPOK, dan kanker meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi asma pada kelompok umur >45 tahun mulai menurun. Prevalensi asma dan kanker pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, PPOK lebih tinggi pada laki-laki disbanding perempuan. Prevalensi asma terlihat sama antara perkotaan dan pedesaan, PPOK lebih tinggi di pedesaan disbanding perkotaan.

Prevalensi cedera dan penyebabnya pada RISKESDAS 2013
Penyebab terjadinya cedera meliputi penyebab yang disengaja, penyebab yang tidak disengaja dan penyebab yang tidak bisa ditentukan. Penyebab cedera yang disengaja meliputi bunuh diri, KDRT, penyerangan. Kecelakaan akibat kerja, terluka karena benda tajam/tumpul, kejatuhan beda. Prevalensi cedera secara nasional adalah sebesar 8,2 %. Prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Provinis yang mempunyai prevalensi cedera lebih tinggi dari angka nasional sebanyak 15 provinsi. Penyebab cedera terbanyak yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%). Selanjtunya penyebab cedera karena terkena benda tumpul/tajam (7,3%), transportasi darat lain (7,1%) dan kejatuhan (2,5%). Sedangkan untuk penyebab yang belum disebutka proporsinya sangat kecil.
            Penyebab cedera transportasi sepeda motor tertinggi ditemukan di ebngkulu (56,4%) dan terendah di Papua (19,4%). Adapun untuk transportasi darat lain proprsi tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan (10,1%) dan terendah ditemuka di papua (2,5%). Proporsi jatuh tertinggi di NTT (55,5%) dan terendah di Bengkulu (26,6%). Proporsi tertinggi terkena benda tajam/tumpul terjdi di Papua (29%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,7%). Penyebab cedera karena terbakar ditemukan proporsi tertinggi di Papua (2%) dan terendah (tanpa kasus) di Kalimantan Timur.
            Prevalensi cedera tertinggi berdadsarkan karakteristik responden yaitu pada kelompok umur 15-24 tahun (11,7%), laki-laki (10,1%), pendidikan tamat SMP/MTS (9,1%), yang tidak bekerja taua bekerja sebagai pegawai (8,4%). Bertempat tinggal di perkotaan (8,7%). Kecenderungan prevalensi cedera menunjukkan sedikit kenaikan dari 7,5 % (RKD 2007) menjadi 8,2 % (RKD 2013). Penyebab cedera yang dapat dilaporkan kecenderungannya dari tahun 2007 dengan 2013 hanya untuk transportasi darat, jatuh da terkena benda tajam/tumpul. Adapun untuk penyebab cedera akibat ransportasi darat tampak ada kenaikan cukup tinggi yaitu 25,9% menjadi 47,7%. Sedangkan untuk penyebab cedera yang menunjukkan penuruna proporsi terlihat pada jatuh yaitu dari 58% menjadi 40,9% dan terkena benda tajam/tumpul dari 20,6% menjadi 7,3%.

Kondisi Kesehatan 2013-2015
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
               Menilai status derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Situasi derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin melalui angka morbiditas, mortalitas dan status gizi.

A. Mortalitas ( Angka Kematian )
Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB, AKABA, AKI, dan Angka Kematian Kasar.
1) Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Ratio (MMR) di suatu wilayah menunjukkan seberapa besar perlindungan terhadap kesehatan ibu. Dalam hal ini baik pada ibu hamil, ibu melahirkan maupun ibu pada masa nifas/post partum. Jumlah kematian ibu di Distrik Mariat dalam 3 tahun terakhir terlihat dalam grafik berikut:

Grafik tersebut menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kasus kematian ibu di Distrik Mariat Kabupaten Sorong pada tahun 2015. Jumlah Kematian Ibu di Distrik Mariat Kabupaten Sorong tahun 2013 dan tahun 2014 tidak ada kematian ibu dan pada tahun 2015 berjumlah 1 dari 281 kelahiran hidup. Adapun penyebab kematian ibu pada tahun 2015 adalah akibat komplikasi perdarahan.
2) Angka Kematian Bayi
            Selain Angka Kematian Ibu (AKI) yang menjadi indikator penting dalam penentuan derajat kesehatan disuatu wilayah adalah Angka Kematian Bayi (AKB)/ Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi dipengaruhi pula oleh pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan gizi keluarga. Sehingga Angka Kematian Bayi juga dapat dipakai sebagai tolak ukur pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Berdasarkan laporan dari Bidan Koordinator Puskesmas pada tahun 2015 tidak ada kematian bayi di Wilayah Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat.
3) Angka Kematian Kasar
Sampai saat ini Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat tidak mempunyai data tentang kematian penduduk dikarenakan Kelurahan tidak melaporkan kematian penduduk yang ada di wilayahnya, untuk itu Puskesmas sudah berkoordinasi dengan Kepala Distrik Mariat agar memerintahkan Lurah dan Kepala Kampung di wilayah Distrik Mariat secara rutin melaporkan kematian dan penyebab kematian penduduk di wilayahnya.

B. Morbiditas (Angka Kesakitan)
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
1)    Pola 10 Besar Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas
       Berdasarkan rekapitulasi kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Distrik Mariat Kabupaten Sorong Tahun 2015 menunjukkan jumlah kunjungan secara keseluruhan sebanyak 8.640 kasus kunjungan. Adapun kunjungan kasus terbanyak adalah merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya dengan jumlah total kasus 1.868 (21,6%) dari total kasus kunjungan.

Kunjungan 10 (sepuluh) besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat dapat dilihat pada grafik berikut.



2) Kunjungan Pasien Rawat Inap
Berdasarkan rekapitulasi kunjungan pasien rawat inap di Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat Tahun 2015, Jumlah pasien yang rawat diruang rawat inap adalah 327 pasien, sebanyak 318 pasien sembuh, 19 pasien di rujuk ke Rumah Sakit, dan pasien rawat inap yang meninggal tidak ada.
Adapun angka 10 Penyakit pasien yang dirawat di ruang rawat inap Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat dapat di lihat pada grafik berikut :



3) Pengendalian Penyakit Menular
a)    Malaria
       Upaya pemberantasan dan pengendalian Malaria menjadi salah satu prioritas dalam upaya pemberantasan penyakit menular secara umum di Indonesia dan secara khusus di Kabupaten Sorong. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah desa-desa terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat yang rendah, serta buruknya perilaku masyarakat terhadap kebiasaan hidup sehat. 

Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah di Indonesia menjadi 4 strata yaitu :
1. Endemis Tinggi bila API > 5 per 1.000 penduduk.
2. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1 – < 5 per 1.000 penduduk.
3. Endemis Rendah bila API 0 – 1 per 1.000 penduduki.
4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembebasan malaria) atau API = 0.

Wilayah Papua secara umum dan Kabupaten Sorong secara khusus yang merupakan salah satu daerah dengan endemis tinggi malaria. Adapun penanganan malaria di Distrik Mariat Kabupaten Sorong dilakukan dengan metode Annual Malaria Incidence (AMI). Kasus Malaria di Distrik Mariat Kabupaten Sorong untuk tahun 2015 terlihat dalam grafik berikut:


Sebagian besar kasus malaria yang ada di Distrik Mariat adalah kasus impor, maksudnya penderita malaria adalah penduduk pendatang atau masyarakat yang baru pulang dari luar Distrik Mariat. Sebagian besar penderita adalah pekerja penebang kayu yang lokasi tempat kerjanya berada di hutan wilayah Distrik Sayosa, Distrik Makbon, Distrik Klamono atau bahkan di wilayah Tambraw dan Maibrat.
b)   Tuberculosis Paru ( TB Paru )
       Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.
Jumlah kasus TB paru di Distrik Mariat Kabupaten Sorong Tahun 2015 sebanyak 13 kasus, yang terdiri 6 Kasus TB Paru BTA +, 5 Pasien TB Paru BTA – RO + dan 2 Pasien TB Extra Paru. Jumlah kasus TB paru di Distrik Mariat Kabupaten Sorong Tahun 2015 dapat di lihat pada grafik berikut:


c)    Pnemonia
       Diketahui bahwa Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).Pada tahun 2015 tidak ditemukan adanya penderita Pneumonia di Puskesmas Rawat Inap Distrik Mariat.
d)    HIV/ AIDS dan Penyakit Menular Seksual (IMS)
       Data menyebutkan bahwa kasus HIV dan AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahun. HIV & AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Penemuan kasus baru HIV/AIDS di Distrik Mariat Kabupaten Sorong Tahun 2015, HIV sebanyak 4 kasus baru dengan jumlah laki-laki 2 kasus dan perempuan 2 kasus.
Adapun AIDS sebanyak 4 kasus baru dengan jumlah laki-laki 2 kasus dan perempuan 2 kasus , sedangkan untuk penyakit infeksi menular seksual lainnya ditemukan 26 kasus baru.
Penemuan dan perkembangan HIV/ AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) lain di Distrik Mariat pada tahun 2015 dapat di lihat pada tabel berikut:



e)    Penyakit Kusta
       Penyakit Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
Jumlah Kasus penyakit kusta di Distrik Mariat Kabupaten Sorong Tahun 2015 sebanyak 6 kasus, dan semua kasus merupakan kasus Multi Basiller (MB), dengan jumlah Prevalensi Rate sebesar 6/100.000 JP. Adapun jumlah terbanyak ditemukan pada golongan umur >15 tahun.
4) Penyakit Potensial KLB/Wabah
Di Kabupaten Sorong erdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB/wabah yang sering terjadi di antaranya adalah Diare dan Demam Berdarah Dengue (DBD). Secara patologis penyakit potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan menyebabkan kerugian secara ekonomi.
 a)   Kasus Diare
       Secara patologis Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
Jumlah kasus diare yang di tangani di Puskesmas rawat Inap Distrik Mariat Tahun 2015 sebanyak 248 kasus. Selain di beri penanganan pengobatan beberapa pasien Diare juga dilakukan kunjungan rumah untuk mengetahui penyebab diare dan di berikan penyuluhan cara pencegahan atau cara penanganan awal apabila terjadi diare.
b)   Demam Berdarah Dengue (DBD)
       Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.
Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue di Distrik Mariat Kabupaten Sorong Tahun 2015 ada 5 Kasus, semua pasien Demam Berdarah Dengue dirawat di Ruang Rawat Inap Puskesmas Mariat.
Untuk mengantisipasi meluasnya kasus DBD , Puskesmas sudah melakukan penyuluhan tentang 3M Plus ( Menguras, Menutup dan Mengubur ) Plus menaburkan bubuk abate, menggunakan kelambu saat tidur, dan menggunakan obat anti nyamuk. Selain upaya tersebut Puskesmas juga sudah membuat surat kepada Dinas Kesehatan agar di lakukan Fogging (pengasapan) dan membagikan Bubuk Abate di lingkungan pasien DBD tersebut.